MAGETAN (literasiinspirasi22.bogspot.com)-Tempat beribadah masyarakat muslim adalah masjid. Masjid Tiban, melihat bangunannya sepintas Masjid Al-Furqon Kembang Sore atau Masjid Tiban yang terletak di Desa Pacalan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan tidak ada bedanya dengan masjid yang berdiri di berbagai tempat lainnya. Hal ini di karenakan Masjid Tiban telah berulang kali direnovasi dan terdapat penambahan ornament bangunan di bagian depan masjid. (11/4/2021).
Keaslian bangunan masjid kuno ini, bisa dilihat dari bangunan utama yang masih dipertahankan. Corak arsitektur Jawa bisa dilihat dari empat soko guru atau tiang utama di dalam masjid yang terbuat dari kayu. Empat soko guru itulah yang membuat masjid disebut dengan Masjid Tiban. Selain itu, masjid kuno ini terlihat pada bangunan utamanya yang berbentuk joglo dengan tiga buah pintu utama. Masjid Tiban ini diperkirakan ada sejak tahun 1017 M.
Letak Masjid Tiban berada di wilayah dataran tinggi yakni di lereng Gunung Lawu, hal ini membuat masjid tidak begitu dikenal masyarakat luas.
Meski dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai Masjid Tiban, atau masjid yang berdiri tanpa campur tangan manusia namun dari sisi sejarah yang disebutkan oleh mbah Soekarno sebagai juru kunci masjid tersebut, adanya masjid tersebut tidak lepas dari peran seorang ulama yang bernama Nolodipo atau lebih dikenal dengan Kiai Ageng Kembang Sore.
Nolodipo adalah seorang pemimpin prajurit Kerajaan Mataram yang pada tahun 1628 terlibat perang dengan pasukan Belanda. Dalam pelariannya di kawasan lereng Gunung Lawu itulah, ia menemukan empat tiang yang berdiri kokoh di atas bukit. Empat tiang tersebut selanjutnya ia kembangkan menjadi sebuah masjid.
Nama Kembang Sore tersebut dipercaya dari kesaktian Nolodipo yang pada saat itu ia menanam kembang atau bunga di kawasan setempat pada pagi hari, pada sore hari bunga tersebut sudah muncul dan mekar.
“Sehingga secara turun temurun masjid ini dikenal dengan sebutan
Masjid Tiban atau Masjid Kembang Sore, sebagai nama samara Nolodipo dari
pasukan Belanda”, ujar mbah Soekarno.
Menurut mbah Soekarno, empat
soko guru dalam masjid merupakan ciri khas masjid peninggalan Kerajaan
Mataram. Hal lain yang menjadi ciri khas dari Kerajaan Mataram adalah
mimbar tempat berceramah.
Hingga kini Masjid Tiban dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Kabupaten Magetan. Masjid Tiban dipercaya memiliki sejarah dan berperan dalam syiar agama Islam di wilayah lereng Gunung Lawu. Bahkan karena syiarnya Kiai Ageng Kembang Sore, banyak tokoh penting Magetan yang menjadi muridnya dan ikut mengembangkan agama Islam di wilayah Kabupaten Magetan.
Makam Kiai Ageng Kembang Sore juga terletak di komplek makam kuno
yang terletak di belakang area Masjid Tiban, sering menjadi tempat
ziarah para pendatang dari berbagai daerah asal. “Di komplek pemakaman
tersebut juga terdapat makam sejumlah Bupati Magetan zaman dulu, yang
telah menjadi murid dari Kiai Ageng Kembang Sore, yaitu Bupati Magetan
ke-2 R.T Sosrowinoto Adipati Kanjeng Putra Diningrat, dan Bupati Magetan
ke-3 R.T Sosrodipuro. Para tokoh tersebut ikut menyebarkan agaman Islam
dan budaya Kerajaan Mataram”, jelas mbah Soekarno. (astri/ putri)
Komentar
Posting Komentar